13.7.10

Bayan Maulana Yunus

Markaz Indonesia, Mesjid Jami’ Kebon Jeruk
Bayan Maghrib

Allah telah jadikan dunia ini tempat ujian, Darrul Intihan. Setiap manusia dalam keadaan apa saja dan siapa saja selalu dalam keadaan di uji oleh Allah. Kesenangan itu ujian dari Allah, kesusahan itu juga ujian dari Allah. Kesehatan itu ujian dari Allah dan Sakitpun juga ujian dari Allah. Harta, Jabatan, Keluarga, Perdagangan, Rumah, Kerabat, Teman, tetangga, Anak yatim, semua keadaan adalah ujian dari Allah. Allah tidak pandang status seseorang atau jabatannya, yang Allah lihat adalah sejauh mana orang itu mau sabar dalam ujian dan taat pada perintah Allah ketika di uji. Allah awasi manusia setiap saat, semuanya tercatat oleh malaikat seluruh perbuatannya, tidak ada yang meleset. Hasilnya akan Allah nampakkan nanti di akherat. Kita disuruh baca sendiri oleh Allah, disuruh menghitung sendiri amal perbuatannya. Di pengadilan Allah, semuanya akan Allah hisab, ditanya, dan harus dipertanggung jawabkan. Hasilnya hanya ada 2 saja :

1. Surga : Bahagia selama-lamanya
2. Neraka : Menderita selama-lamanya

Firman Allah :

“ Katakanlah : ( Muhammad ) ini adalah jalanku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku, (yaitu) mengajak (kamu/manusia) kepada Allah dengan Hujjah yang nyata…” (12:108)

Jalannya Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya adalah mengajak manusia untuk taat kepada Allah. Sejauh mana mereka mengikuti jalan Nabi SAW dan sahabat RA, sejauh itu pula pertolongan Allah dan bantuan Allah kepada mereka. Mereka inilah orang-orang yang akan Allah menangkan, sebagaimana Allah telah menangkan para Nabi AS dan Sahabat RA diatas musuh-musuh mereka. Sedangkan musuh para Nabi AS adalah mereka yang menentang Jalan Hidup para Anbiya AS, mereka inilah orang yang celaka. Sudah Allah ceritakan dalam Al Quran kehidupan musuh-musuh Nabi yang menyebabkan mereka Allah binasakan. Allah tidak memandang kesuksesan mereka dalam hal keduniaan, yang Allah mau adalah ketaatan mereka kepada Allah.

Inilah yang namanya ujian, hanya ada 2 jalan :

1. Hidup Cara Nabi : Jalan keselamatan dan kebahagiaan (Darrussalam)

2. Hidup Cara Musuh-musuh Nabi : Jalan menuju Kebinasaan dan kesengsaraan

Sekarang kita coba Tafakkur (berpikir tentang kehidupan kita) dan Muhasabbah (menghisab kehidupan kita), ada di jalan yang mana kita saat ini. Inilah modal kita untuk selamat yaitu sering bertafakkur dan bermuhasabah agar kita tetap berada pada jalan yang benar. Jika kita ternyata berada pada jalan yang keliru, segeralah bertobat dan ubah haluan. Kita tata hidup kita kembali menjadi seperti kehidupan yang Allah mau, yaitu kehidupan Nabi SAW dan para sahabat. Mumpung kita masih punya waktu untuk merubah jalan dari yang salah kepada jalan yang benar. Penyesalan di akherat nanti sudah tidak ada gunanya lagi. Jalan Nabi SAW dan para sahabat adalah jalan yang menuju kepada pengampunan dosa. Yaitu jalan-jalan orang yang bertobat dan senantiasa memperbaiki diri. Mereka yang mengambil jalan ini akan selalu berinabah, mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah.

Kesalah fahaman terbesar yang terjadi pada umat saat ini adalah umat saat ini berkerja, bersusah payah, memaksakan diri untuk mendapatkan sesuatu yang pada akhirnya akan ditinggalkan, dan tidak akan di bawa ke dalam kubur. Suatu ketika Nabi SAW bertanya kepada para sahabat RA, “Mana yang lebih kamu sukai harta yang kamu miliki atau harta yang dimiliki oleh ahli waris ?” para sahabat menjawab, “Tentu harta yang kami miliki sendiri ya Rasullullah” Lalu Nabi SAW berkata mahfum, “Sesungguhnya seluruh harta yang kamu kirim untuk akheratmu adalah harta kamu yang sebenarnya, sedangkan harta yang kamu tinggalkan adalah milik ahli warismu.” Inilah yang tidak di sadari oleh umat saat ini bahwa yang namanya tabungan kita atau harta kita adalah yang telah kita infakkan kepada Allah, dan yang kita tinggalkan ini akan menjadi milik orang lain. Jadi hari ini orang mati-matian mengumpulkan harta, agar bisa dinikmati oleh orang lain. Harta yang di dunia ini tidak akan selamanya bersama kita, tetapi yang telah dikirim kepada Allah inilah yang akan kekal.

Ada 3 Macam Nikmat yang Allah berikan kepada manusia :

1. Nikmat Zohiriah : Dari Sifat Pengasih Allah ( Ar Rahman )

Seperti Nikmat : Udara, Air, Panas Matahari, Harta, Pangkat, dll.

Ini diberikan kepada seluruh manusia

2. Nikmat Bathiniah : Dari Sifat Penyayang Allah ( Ar Rahim )

Seperti Nikmat : Taqwa, Qona’ah, Hidayah, Sholat, Dzikir, dll.

Ini diberikan hanya kepada orang yang beriman

3. Nikmat Tertinggi : Yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul

Yaitu : Fikirnya, Risaunya, Akhlaqnya, dan Kerjanya Anbiya AS

Ini diberikan kepada kekasih-kekasih Allah

Jika nikmat tertinggi itu wujud dalam diri kita, berarti Allah sangat sayang pada kita. Sedangkan Allah hanya memberikan nikmat tertinggi itu kepada orang yang paling Allah cintai yaitu para Anbiya AS. Nikmat kerajaan Allah berikan kepada musuh Allah juga seperti Firaun dan Namrud. Nikmat harta juga Allah telah berikan kepada musuhnya yaitu Qorun. Nikmat kesehatan Allah juga berikan kepada musuhnya yaitu Kaum Ad. Nikmat Teknologi industri dan Arsitektur juga Allah berikan kepada kaum Tsamud. Nikmat Pertanian juga Allah berikan kepada kaum Saba. Namun nikmat yang paling mulia adalah pertolongan dari Allah untuk mengikuti jalannya para Anbiya AS dan sahabat RA. Sekarang pilihan ada di kita apakah kita mau mengikuti jejak musuh Allah atau kekasih Allah.

Barang siapa merasa lebih nikmat mendapat nikmat harta dibanding dengan nikmat Iman dan Amal, berarti dia sudah menghina Allah sebagai pemberi Nikmat tertinggi. Nikmat harta ini nilainya tidak lebih besar dari sebelah sayap nyamuk, sedangkan nikmat amal disisi Allah melebihi besarnya langit dan seluruh isinya. Untuk itu kita harus mensyukuri nikmat amal ini melebihi nikmat harta yang kita miliki. Satu Amal ini walaupun sebesar biji sawi, dapat kita bawa sampai mati, dan dapat menyelamatkan kita dari adzab Allah di akherat. Sedangkan harta di dunia, jika tidak kita gunakan untuk kemauan Allah maka ini hanya laku di dunia, sedangkan di akherat akan di hisab dengan keras. Siapa saja yang kufur dari nikmat yang Allah berikan maka Allah akan rampas nikmat itu dan Allah akan binasakan orang itu. Sebagaimana Allah telah binasakan orang-orang yang kufur dari nikmat Allah seperti Firaun, Qorun, Kaum Ad, Kaum Saba, dll. Hari ini kita lihat hati kita, lebih terkesan mana mendapatkan nikmat-nikmat musuh Allah atau nikmat menjalani kehidupan para Nabi.

Firman Allah :

“Kamu adalah umat yang terbaik (Choiru Ummah) yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang Ma’ruf dan mencegah yang Mungkar, dan kalian beriman kepada Allah…” (3 : 110)

Nikmat Akbar atau nikmat besar dari Allah yang diberikan kepada Umat saat ini adalah Predikat Choiru Ummah, Gelar Umat Terbaik. Nabi Muhammad adalah pemimpin para Anbiya AS dan kita adalah ummat yang terbaik. Allah berikan pridikat umat terbaik kepada umat Nabi SAW asbab kerja yang mulia yaitu kerja Dakwah, kerjanya para Nabi. Nabi SAW dan para sahabat RA datang kepada manusia untuk mengajak mereka kepada Nikmat yang Akbar. Tetapi kebanyakan dari mereka malah lari bahkan menentangnya.

Yang harus menjadi fikir kita saat ini adalah bagaimana umat dapat selamat dari adzab Allah, di dunia dan akherat. Kita perlu kerjakan Dakwah ini dengan :

1. Yakin Nabi SAW : Tidak terkesan pada keadaan apapun

2. Tertib Nabi SAW : Cara yang di contohkan oleh Nabi SAW

3. Akhlaq Nabi SAW : Iqrom, Khidmat, Kasih Sayang, Hikmah

4. Fikir Nabi SAW : Kerisauannya dan Bashirohnya

Sedangkan modalnya dan asbabnya Nabi SAW hanya :

1. Yakin yang benar : Allah bersama Saya

2. Perintah Allah : Dibalik perintah ada pertolongan Allah

3. Do’a : Senjata Nabi SAW

Inilah methode dakwah peninggalan Nabi SAW. Siapa saja yang meninggalkan dakwah maka dia akan jatuh dari pandangan Allah. Allah akan buang dia seperti manusia membuang sampah ke tempat sampah lalu tidak di lihatnya lagi. Allah akan tutup pintu-pintu keberkahan wahyu darinya. Dia tidak akan diperhatikan dan ditolong oleh Allah. Do’anya tidak akan di dengar dan Allah akan sibukkan dia pada amal-amal yang Allah benci. Sehingga dia akan mati dalam keadaan dibenci oleh Allah.

Sahabat memenangkan peperangan, namun ketika pembagian ghanimah malah banyak yang menangis. Abu Darda RA ditanya oleh yang lain kenapa dia menangis, dia menjawab, “Jika kita sampai kufur terhadap nikmat yang Allah beri ini, maka nanti Allah akan hinakan kita seperti Allah hinakan Bani Israil ketika mereka kufur dari Nikmat Allah. Mereka meninggalkan perintah Allah, sehingga Allah cabut kenikmatan mereka dan Allah hinakan mereka.” Abu Darda RA takut kita tertimpa musibah dan kehinaan seperti Bani Israil ketika mereka kufur dari Nikmat yang Allah berikan.

Bani Israilpun pada awalnya Allah berikan banyak kenikmatan seperti :

1. Kenikmatan bebas dari rasa takut terhadap Firaun
2. Kemenangan melawan Firaun
3. Makanan dan minuman yang datang dari langit
4. Di tunjukkan kebesaran-kebesaran Allah, dll.

Namun mereka lalai dari pemberian Allah kepada mereka. Mereka tinggalkan perintah Allah dan kufur terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka. Akhirnya Bani Israil Allah hinakan sampai hari kiamat. Abu Darda RA takut kita bernasib sama seperti Bani Israil yang kufur dari nikmat Allah. Nabi SAW pernah berkata mahfum, “Setiap umat memeliki fitnah, sedangkan fitnah umatku adalah harta.” Awal kehancuran dari umat ini adalah ketika fitnah harta sudah masuk ke dalam kehidupan umat. Apa itu fitnah harta yaitu harta yang dapat melalaikan kita dari perintah Allah dan menyebabkan kita kufur dari nikmat Allah. Jika harta sudah masuk ke dalam umat akan terjadi 4 perkara, dan ini telah terjadi secara berulang-ulang dan terus menerus sampai hari kiamat. 4 perkara itu adalah :

1. Kesibukan mengurus harta, sehingga lalai dari Amal Agama
2. Perpecahan diantara umat
3. Menyebabkan hati menjadi keras
4. Pintu menuju kemaksiatan akan terbuka

Jika kita lebih menangisi harta kita yang telah hilang dibanding menangisi perintah Allah yang kita tinggalkan, maka do’a kita tidak akan di dengar oleh Allah. Ciri-ciri orang yang tawakkal kepada Allah adalah ketika dia kehilangan sesuatu, maka dia akan berkata, “Innalillahi wa inna illaihi Roji’un”, segala sesuatu datangnya dari Allah dan kepada Allahlah kembalinya segala sesuatu. Pada hakekatnya kita tidak memiliki apa-apa. Allahlah yang memberikan segala sesuatu kepada kita, dan Allah pulalah yang mengambilnya. Bahkan diri kita ini adalah milik Allah, yang sewaktu waktu Allah akan mengambilnya. Maulana Ibrahim dari India berkata, “Ciri-ciri kebathilan terbesar dalam diri manusia adalah ketika dia mengira bahwa harta dan diri dia adalah milik dia. Padahal segala sesuatu ini adalah milik Allah. Untuk membenarkan kesalah fahaman ini, maka penting kita korbankan diri dan harta kita di jalan Allah.”

Kita ini adalah dutanya Allah di muka bumi, sehingga kita di tuntut untuk bekerja seperti seorang duta. Jika seorang duta di kirim ke suatu negari, maka kekuatan negara yang mengirim akan bersama dia. Jika si duta ini disakiti maka negara yang mengirimpun akan turun tangan. Begitu juga kita, sebagai duta Allah, kekuatan yang mengirim bersama yang di kirim. Namun jika kita tidak menjalankan tugas kita sebagai seorang duta, maka Allah akan memecat kita sebagaimana negara akan memecat dutanya yang lalai dari amanat negara dan akan menggantinya dengan yang lain. Tanpa kita sadari kita sudah bekerja sebagai supir, pembantu, atau yang tingkatannya jauh lebih rendah dari seorang duta. Begitu juga kita, jangan tertipu dengan pekerjaan yang lebih kecil, sehingga pekerjaan besar kita tinggalkan yaitu sebagai duta Allah. Jangan mau meninggalkan pekerjaan yang besar dan mempunyai derajat tinggi di sisi Allah, demi mengurusi dunia saja yang kecil disisi Allah.

Apa tujuannya membuat Amal Maqomi dan Khuruj Fissabillilah? tujuannya adalah untuk perbaikan hati (Tazkiyatun Nafs) dan perbaikan Iman (Tazkiyatun Iman). Kita buat maqomi dan keluar di jalan Allah agar hati kita ini bercahaya dan agar kita siap menjadikan kerja dakwah ini sebagai maksud hidup. Maksud dikirimnya para Anbiya AS adalah untuk buat kerja dakwah agar manusia selamat dari siksa neraka dan membimbing mereka menuju jalan ke surga. Siksa Neraka itu tidak terbayangkan kedahsyatannya, kengeriannya, kepedihannya. Mereka meminta kepada Allah untuk dikembalikan ke dunia agar bisa beramal. Namun kata Allah dalam Qur’an walaupun mereka di kembalikan ke dunia, mereka akan tetap durhaka. Dikatakan Ahli Neraka ini akan mengerang kesakitan dan saling menangisi selama ribuan tahun. Mereka akan berteriak, “keluarkan kami…keluarkan kami..” Lalu Allah menjawab, “Diamlah kamu dan terhinalah kamu selamanya.” Inilah penderitaan Ahli Neraka, dan inilah asbab diutusnya para Anbiya AS.

Dakwah para Anbiya AS itu adalah :

1. Perkara Tauhid : Keyakinan yang sempurna

2. Perkara Risalat : Jalan Keselamatan / Cara Hidup

3. Perkara Akherat : Tempat kembali / Tujuan Akhir

Sedangkan maksud dikirim para Anbiya AS adalah untuk :

1. Tabligh : Menyampaikan perkara yang Haq

2. Taklim : Mengajar manusia mengenal yang Haq

3. Tazkiyah : Memperbaiki Akhlaq dan Keyakinan Manusia

Kita harus tingkatkan pengorbanan kita sampai batas akhir kemampuan kita menuju SurgaNya Allah. Sedangkan batas akhir Ahlul Dunia adalah Neraka Jahannam sebagai tempat kembalinya. Kita perlu timbulkan rasa kasihan, sedih, prihatin kepada mereka yang jauh dari Allah. Kita harus bisa menyayangi mereka sebagaimana kita menyayangi keluarga dan diri kita sendiri. Kita harus risaukan keadaan mereka di akherat nanti. Beri mereka nasehat dengan kerisauan yang tinggi. Inilah Jalannya Umar RA, Abu Bakar RA, Utsman RA, Ali Ra, sampai kepada Nabi SAW dan para Anbiya AS yaitu Jalan Dakwah. Jika kita ikuti jalan mereka maka hati kita akan bercahaya penuh dengan hidayah sehingga akan terlihat dengan jelas oleh kita antara yang Haq dan yang Bathil. Terus kita tingkatkan pengorbanan sampai ke batas pengorbanan sahabat sampai hilang kesan kita terhadap keduniaan. Banyak do’a kepada Allah karena ketaatan hanya dapat dilakukan dengan pertolongan Allah.

Maulana Ilyas Rah.A berkata :

“Siapa saja yang ikut kerja dakwah tetapi tidak yakin Allah akan menolong dia berarti orang ini adalah orang yang fasik.”

Allah akan tolong kita seperti Allah telah tolong sahabat RA dan para Nabi AS. Siapa saja yang mengisi hatinya dengan Amal Agama, maka Allah akan masukkan cahaya ke dalam hatinya sehingga ia dapat melihat dengan cahaya Allah. Umar RA pernah berkata, “Hati-hati dengan firasat orang beriman.” Khalid bin Walid suatu ketika mau di jebak oleh seorang Raja, tetapi ketika itu Allah beri Ilham dan firasat kepada Khalid bin Walid RA. Si utusan Raja ketakutan ketika Khalid sadar bahwa dirinya akan di jebak, sehingga dia beberkan seluruh rahasia dan rencana penjebakan tersebut. Ketika itu Khalid RA datang menuju jebakan Raja, namun dia datang dengan persiapan. Akhirnya jebakan tersebut hanya memakan si raja itu sendiri. Inilah pertolongan Allah kepada orang beriman. Khalid RA tidak bisa di tipu karena dia dapat melihat dengan cahaya Allah. Ketika Cahaya masuk ke dalam hati, maka akan menghilangkan kegelapan di sekililingnya. Sehingga sesuatu yang tidak nampak oleh mata manusia terlihat oleh orang yang hatinya di penuhi oleh cahaya Allah. Umat hari ini di tipu atau di jebak tetapi dirinya tidak tau bahwa dirinya telah di tipu dan di jebak. Ini dikarenakan Hati ini tidak masuk cahaya Allah. Seperti katak dalam tempurung, di kegelapan merasa dapat mengetahui segalanya, padahal dia tertutup dari yang namanya kebenaran.

Seorang sahabat setiap ada peperangan selalu membuka pakaian besinya agar bisa mati di jalan Allah. Tetapi apa yang terjadi, pesan pimpinan musuhnya, “Jika kalian bertemu dengan orang yang telanjang dada, lari saja…” Maka dalam peperangan, tentara musuh, setiap melihat Birrah RA lari ketakutan seperti domba yang lari melihat srigala. Ini dikarenakan hati para sahabat ini telah dimasuki oleh cahaya Allah. Sehingga cahaya ini bisa menembus dan melihat kepada kehidupan sesudah mati. Sahabat mencintai mati sebagaimana Ahlul Dunia mencintai harta.

Kenapa kita dikenalkan kepada usaha nubuwah ini yaitu untuk menyebarkan kebaikan kepada seluruh manusia, membawa kabar gembira tentang Surga yang Allah janjikan, dan memberi peringatan tentang Adzab Allah. Kebaikan yang kita dapat dari Dakwah ini adalah untuk diri kita sendiri. Bencana akan datang jika dakwah di tinggalkan, dan Allah akan meminta pertanggung jawaban kita atas kerja dakwah ini. Kita ajak manusia mengenal Allah dan janji-janjinya, lalu kita bawa mereka kepada kehidupan Nabi SAW dan para sahabat. Bagaimana mereka, Nabi SAW dan para sahabat RA, Allah muliakan dunia dan akherat. Dakwah ini adalah usaha agar umat mau balik kepada jalan keimanan dan jalan ketaqwaan, yaitu jalannya para Anbiya AS dan Sahabat RA. Kesibukan kita hari ini adalah dengan perkara yang kecil dan hina disisi Allah. Kita melupakan perkara yang dapat menaikkan derajat kita dan yang justru menyebabkan kita mulia dan besar disisi Allah. Kekuatan Allah akan bersama dengan umat ini jika mereka mau hidupkan dakwah dan kembali kepada kehidupan dan jalan para Anbiya AS dan Sahabat RA.

Permisalan gerak dakwah yang dilakukan umat ini adalah seperti salju yang meleleh karena sinar matahari sehingga mengalir turun gunung, masuk ke lembah-lembah, turun ke parit, lalu ke sungai, dan menuju Laut. Air ini memberi manfaat kepada semua yang di lewatinya. Gerak air ini suci dan mensucikan. Ketika air ini gerak manfaatnya adalah buat tumbuh-tumbuhan, binatang yang haus, membersihkan kotoran, dan lain-lain. Semuanya dapat mengambil manfaat, selama air itu dalam keadaan bergerak.

Sedangkan permisalan orang yang berhenti dari dakwah ini seperti air yang terjebak ke dalam lobang-lobang air, dia akan menetap disana. Air yang terjebak ini akan tergenang, lalu dikencingi orang, diberaki binatang, diminum anjing, sehingga tidak suci lagi dan banyak penyakit. Seiring waktu berjalan air yang terjebak itu akan menjadi mudharat buat yang lain. Begitu juga orang yang tidak buat gerak dakwah maka dia akan terjebak ke dalam lobang-lobang dunia, kantor, tahta, jabatan, sehingga orang ini akan menjadi rusak dan membawa mudharat bagi orang lain. Ketika dia terjebak dalam lobang dunia maka dia akan mulai meninggalkan sunnah, yakinnya mulai rusak, mulai lalai dari perintah Allah, dan akhlaqnya akan menjadi buruk. Sehingga yang muncul adalah perbuatan merusak seperti mencuri, korupsi, memfitnah, seperti penyakit yang timbul dari air yang kotor. Asbab ini yang terlihat dari umat adalah sisi yang buruk saja.

Sahabat bergerak menyebarkan cahaya Allah, sehingga semua orang dapat mengambil manfaat dari kehidupan mereka. Allah berjanji siapa saja yang menolong Agama Allah maka Allah akan menolong mereka. Kita aja manusia kepada cahaya Allah yang mengeluarkan manusia dari kegelpan. Tambah pengorbanan jangan sampai kerja kita tidak ada peningkatan nanti ada yang marah. Seperti anak kecil ketika dia kecil hanya bisa mencoret-coret saja namun masih di puji-puji oleh orang tuanya dan gurunya. Tetapi jika sudah besar masih kerjanya coret-coret saja tidak ada perkembangan maka ini bisa menjadi asbab dimarahi oleh guru dan orang tuanya. Begitu juga dalam kerja ini jika kita tidak ada peningkatan dalam kerja agama nanti Allah akan marah pada kita. Bagi orang yang sudha lama dalam usaha ini buat peningkatan kerja dan pengorbanan lebih banyak lagi. Orang lama ini seperti mobil yang memimpin di depan, jika mobil yang di depan ini mogok maka mobil yang dibelakang akan berhenti dan akan terjadi kemacetan. Jadi jangan biarkan diri kita berhenti, maju terus, berkorban terus sampai tidak ada lagi yang bisa kita korbankan. Nanti Allah akan tampakkan hasilnya di akherat.

7.7.10

Prof. Salman Khan Aligardh University, Electro Dept. Aligardh, India

Kejayaan dan keberhasilan kehidupan dunia dan akherat hanya terletak pada Agama. Setiap orang mempunyai standard yang berbeda terhadap kesuksesan. Padahal standard kesuksesan seseorang ini telah Allah tetapkan, namun kita tidak mampu memikirkannya. Allah telah jadikan sahabat dan kehidupan mereka sebagai model untuk ditiru. Walaupun secara teknis cara hidup mereka berbeda dengan kita sekarang. Kesuksesan itu hanya terjadi bila manusia ini dapat memasuki surganya Allah.

Kesuksesan hidup di dunia adalah kehidupan yang dapat mengantar manusia ini ke surganya Allah Ta’ala. Jika kehidupan yang kita jalani ini tidak dapat mengantar kita ke Surganya Allah Ta’ala, maka ini bukanlah kehidupan yang sukses. Tetapi ini kehidupan yang akan mendatangkan kecelekaan, penderitaan, dan kemalangan lahir dan bathin, dunia dan akherat.

Sahabat kehidupannya lapar berhari-hari sampai perutnya ditahan dengan batu, disiksa, baju tambalan, rumah kecil, tetapi justru mereka yang dinyatakan telah sukses oleh Allah Ta’ala dalam Al Qur’an. Sahabat dikejar-kejar musuh, meninggalkan keluarga, harta benda, dan perdagangannya semua dilakukan demi kepentingan Agama. Inilah kehidupan orang-orang yang telah Allah Ridhoi dan mereka Ridho kepada Allah.

Beda dengan musuh-musuh Allah :

1. Firaun dan Namrud hidup sebagai Raja yang besar pada jamannya
2. Qorun hidup sebagai pengusaha yang bergelimang harta
3. PM Hamman seorang perdana mentri yang sukses karir politiknya
4. Kaum Saba yang sukses dengan pertaniannya
5. Kaum Ad yang sukses dengan ilmu kesehatannya
6. Kaum Madyan yang sukses dengan perekonomiannya
7. Kaum Tsamud yang sukses dengan teknologi perumahannya.

Walaupun dari segi keduniaan mereka telah mencapai kejayaan dan kesuksesan tetapi mereka ini menurut Allah adalah orang-orang yang gagal. Mereka ini adalah orang-orang yang Allah hinakan di dunia dan di akherat. Ini karena mereka gagal mengikuti perintah Allah. Sahabat walaupun keduniaannya jauh dari keduniaan dan kesuksesan kaum-kaum terdahulu, tetapi mereka ini yang Allah telah nyatakan kesuksesannya.

Kekurangan pada diri kita bukanlah berarti kegagalan. Sahabat Amr bin Jamuh RA, ia adalah seorang yang lemah dan cacat kakinya, tetapi ia telah sukses dunia dan akherat asbab pengorbanan yang dia lakukan untuk agama. Sahabat faham betul mengenai pentingnya Iman dan Amal. Bilal RA secara status ia adalah seorang budak sebelum masuk Islam, dan banyak disiksa, tetapi setelah agama wujud dalam diri Bilal RA, langkah kakinya saja dapat didengar oleh Nabi SAW di surga ketika Bilal RA masih hidup. Ini baru yang namanya sukses dan jaya dunia dan akherat.

Sebelum mati seseorang tidak akan tau apakah ia seorang yang sukses atau tidak. Seseorang akan mengetahui apakah dia telah sukses setelah dia mati. Saat ini setiap manusia harus berusaha jika ingin sukses dunia dan akherat. Tanpa usaha atas Iman dan Amal maka manusia akan celaka dunia dan akherat.

Orang yang tidak beriman, ia tidak akan tau cara mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan. Tetapi orang yang beriman tidak boleh tidak tau cara mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan ini. Allah telah berikan cara kepada orang beriman untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akherat. Zaman boleh berubah bahkan lebih maju, namun cara untuk mendapatkan kebahagiaan tidak pernah berubah dari pertama manusia diciptakan sampai manusia yang terkahir mati. Kalau ingin bahagia dari dulu hingga kini tetap sama, yaitu hanya dengan cara mengikuti kemauan Allah.

Nabi SAW tidak dilahirkan di suatu kaum yang beradab dan mempunyai kebudayaan yang tinggi seperti di China, Persia, atau di Romawi. Ini karena Allah tidak letakkan kesuksesan dan kejayaan dalam peradaban. Dan Nabi SAW tidak dilahirkan di zaman yang teknologi canggih seperti sekarang. Allah hanya meletakkan kejayaan dan kesuksesan hanya dalam mentaati perintah-perintahNya. Di jaman yang paling Jahil dan tidak beradab Nabi SAW dilahirkan, dan membawa cahaya hidayah di tengah kegelapan dan kemasiatan. Sehingga apa yang diusahakan oleh Nabi SAW membawa perubahan pada peradaban dunia.

Rasullullah SAW ketika itu berdakwah sendirian dari pintu ke pintu. Demi kerja dakwah ini beliau melewati banyak kesusahan dan penderitaan. Beliau SAW dimusuhi, diboikot keluarganya, dicaci maki, disakiti, namun ini tidak mengurangi kerja dakwah beliau. Bahkan beliau ketika perintah Dakwah turun dari Allah, beliau SAW katakan kepada istrinya bahwa kini sudah tidak ada waktu lagi untuk istirahat. Beliau pergi pagi dengan pakaian yang bersih lalu pulang sore dengan pakaian yang kotor. Rasullullah SAW faham tentang pentingnya kerja agama ini. Bahkan sampai-sampai Nabi SAW ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi Quraish untuk menghentikan kerja dakwah ini. Mereka beranggapan bahwa Nabi SAW sudah keluar dari cara hidup leluhur mereka. Tapi apa kata Nabi SAW, walaupun mereka mampu memberikan bulan di tangan kanan dan matahari di tangan kirinya, maka itupun tidak akan bisa menghentikannya dari kerja dakwah. Nabi SAW faham bahwa kebahagiaan dan kesuksesan bukan datang dari kebendaan dan kekuasaan yang kita miliki, tetapi dari menjalankan perintah-perintah Allah. Nabi SAW telah menafikan semua kebendaan demi usaha dakwah ini, sementara kini kita telah menafikan usaha dakwah ini demi kepentingan dunia.

Harta dan jabatan bukanlah standard ukuran keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam menjalani hidup ini. Keberhasilan dan kegagalan hidup hanya dapat dilihat dari sejauh mana manusia menjalankan perintah-perintah dan sejauh mana manusia mewujudkan cara hidup Rasullullah SAW dalam kehidupannya. Seluruh kebendaan dan kenikmatan dunia ini bukanlah tolak ukur kebahagiaan seseorang, tetapi 23 tahun kehidupan kenabian inilah satu-satunya tolak ukur kebahagiaan yang telah Allah tetapkan. Inilah aturan dan ketetapan yang Allah telah buat untuk manusia. Manusia kini sibuk bagaimana hidupnya dapat mempunyai nilai, tetapi Allah telah jadikan kehidupan Nabi selama 24 jam sebagai tolak ukur nilai kehidupan. Cara hidup selain yang dicontohkan Nabi SAW, tidak ada nilainya disisi Allah. Hanya apa yang dicontohkan oleh Nabi SAW yang bernilai disisi Allah.

Seluruh kehidupan Rasullullah SAW selama 24 jam dapat di ikuti dan di ketahui. Tidak ada yang tersembunyi dari kehidupan Rasullullah SAW, semuanya dapat diketahui oleh semua sahabatnya sebagai pengajaran dan contoh untuk semua manusia. Seluruh anggota tubuh ini telah Allah berikan informasinya bagaimana menggunakannya dan untuk apa digunakan. Semuanya telah diberikan oleh Nabi SAW, cara dan standard penggunaan anggota tubuh ini sehingga dapat mendatangkan nilai disisi Allah. Segala aktifitas yang dilakukan oleh Nabi SAW walaupun itu cara berjalannya Nabi SAW telah dihitung oleh Allah Ta’ala sebagai amal sholeh.

Dalam mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akherat, kita tidak perlu ilmu lain, selain yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi SAW. Ilmu-ilmu selain dari yang diajarkan Nabi SAW, hanya keperluan saja, bukanlah tujuan yang sebenarnya. Orang yang yakin akan bahagia dengan ilmu-ilmu selain yang telah diajarkan Nabi SAW, inilah mereka yang tertipu oleh dunia. Ilmu yang diajarkan Nabi SAW adalah ilmu yang bisa membawa manusia kepada Allah dan Surganya. Selain Ilmu yang diajarkan Nabi SAW ini bisa menjadi jebakan setan agar manusia cinta dunia dan segala perhiasannya sehingga meninggalkan Allah dan akheratnya. Dimata Allah tanpa Iman dan amal, dunia dan segala isinya tidak ada nilainya, walaupun hanya sebelah sayap nyamuk. Ilmu Dunia yang bernilai disisi Allah adalah yang digunakan untuk kepentingan agama dan Dakwah. Seperti menjadi dokter untuk dakwah dikalangan dokter, menjadi polisi untuk dakwah dikalangan polisi, menjadi pedagang untuk berdakwah dikalangan pedagang, dan lain-lain.

Saat ini manusia mengira mereka dapat menghasilkan sesuatu dengan jerih payah mereka. Mereka kira rizki akan bertambah asbab ilmu dan usaha mereka yang meningkat pula. Mereka menyangka seluruh kebendaan dan status yang mereka miliki adalah hasil dari pengorbanan dan usaha mereka. Seperti Qorun, seorang pedagang yang kaya raya, ketika ditagih untuk bayar zakat dia tidak mau. Musa AS berkata bahwa seluruh kebendaan yang dia miliki semuanya datang dari Allah dan milik Allah. Qorun malah menentangnya dengan berkata, “Ini adalah hasil dari jerih payah saya dan karena kecerdasan saya.” Hari inipun jika kita melihat seseorang bertengkar karena harta maka jawaban seperti inilah yang keluar dari mereka.

Sahabat dahulu tidak meletakkan yakinnya pada asbab-asbab seperti kebendaan, perdagangan, dan status yang mereka miliki. Tetapi sahabat meletakkan yakinnya pada Allah Ta’ala, sebagai Rabbul Asbab bukan pada asbabnya. Allahlah yang memberi keuntungan bukan perdagangan. Hari ini yakin kita telah keliru, kita yakinnya pada toko kita, perdagangan kita, kantor kita, yang memberi kita hidup, tanpa itu bagaimana kita bisa hidup. Sehingga ketika kita diminta untuk berkorban di jalan Allah sulit sekali bagi kita untuk dapat meninggalkannya. Berbeda dengan sahabat, walaupun ketika sedang panen usaha mereka, namun ketika panggilan agama datang mereka langsung tinggalkan semua itu. Ini karena yakin mereka sudah benar. Kita lupa dengan toko yang sama, usaha yang sama, kantor yang sama, perdagangan yang sama, seseorang dapat Allah buat bangkrut dan celaka dunia dan akherat.

Keyakinan sahabat kepada Allah ini telah membuat mereka mampu menafikan segala hal yang mereka miliki. Sehingga keyakinan mereka ini dapat mendatangkan Qudratullah dalam kehidupan mereka. Seperti berjalan diatas air, menghalau lahar api kembali ke lubangnya, memerintahkan sungai nil, menghentikan gempa, mendatangkan hujan, menghidupkan keledai mati, dan menjewer singa, ini semua perkara yang biasa bagi sahabat. Do’a mereka sangat Ijabah sehingga mampu mendatangkan Qudratullah dan Nusratullah, ini karena level Iman dan Amal yang sampai di tingkat yang Allah mau. Bagaimana cara meningkatkan Iman sampai ke level para sahabat. Ini hanya bisa dilakukan jika ada usaha atas Iman dan Amal yaitu dengan menjalankan Usaha Dakwahnya Nabi. Umat turun imannya karena meninggalkan kerja ini. Sahabat korbankan harta, keluarga, dan diri, seluruhnya untuk usaha ini. Sehingga karena ini Allah berikan kesuksesan pada mereka di dunia dan di akherat. Jika kita berbuat seperti Sahabat maka Allah akan berikan kita kesuksesan yang sama.

Jika kita sudah bisa meninggalkan hal-hal yang kita cintai untuk keluar di jalan Allah, barulah Allah akan berikan kita kesuksesan dan kefahaman agama seperti para sahabat. Setiap orang tidak akan sama tingkat kesuksesan dan kefahamannya karena ini tergantung pada pengorbanan setiap orang. Inilah cara Allah mendistribusikan kebahagiaan dan kesuksesan, tergantung pada Do’a dan pengorbanan kita yang sungguh-sungguh atas agama Allah.

Jangan takut atas perkara Rizki karena semua itu telah Allah atur dan Allah mempunyai caraNya sendiri dalam menyalurkan rizki itu. Tidak ada hubungannya antara rizki dan usaha kita. Seperti kisah 2 orang murid lulus dari universitas dengan gelar dan nilai yang sama. Tetapi setelah lulus yang satu mendapat kerja dengan gaji yang tinggi dan yang satu pengangguran tidak ada penghasilan apa-apa. Jadi semuanya telah diatur Allah, gelar kita tidak dapat menjamin apa-apa selain apa yang Allah telah tetapkan. Inilah bukti bahwa keduniaan yang kita miliki tidak bisa menjamin rizki yang telah ditetapkan oleh Allah. Apakah mereka kedua-duanya bisa bahagia, tentu bisa asal mereka mau taat pada perintah Allah. Jika yang berpenghasilan tinggi dia tidak taat dan yang pengangguran dia bisa taat pada perintah Allah, maka yang berpengangguranlah yang akan bahagia dan Allah berikan kesuksesan dunia dan akherat. Karena tolak ukur kesuksesan dan kebahagiaan ini hanya pada ketaatan terhadap perintah-perintah Allah saja. Kebahagiaan akan datang kepada mereka yang mau taat pada perintah-perintah Allah, walaupun dia tidak punya gelar dan penghasilan apapun. Dan ini dapat dimulai dari keyakinan di hati terhadap agama.

sumber : sumber : http://buyaathaillah.wordpress.com

Prof. Muhsin Bangla Wali Masjid Hazrat Nizammuddin, India

Hari ini banyak sekali Agama dari Hindu, Budha, kristen, katolik, protestan, kong hu chu, dan lain-lain. Tetapi agama-agama ini telah terbukti “Ineffective Completely”, Gagal Total, untuk membawa manusia ke jalan kebahagiaan. Lalu kini muncul agama baru yang menyebabkan orang-orang meninggalkan agama-agama tersebut, yaitu Agama Materialis. Agama Materialis ini dibuat oleh kaum materialis dengan alatnya adalah Uang dan azas hidupnya adalah Nafsu.

“Untuk Hidup Bahagia di Dunia ini apa yang diperlukan ?” jawabannya, “Uang.”

Ini menurut Keyakinan mereka yang menganut Agama Meterialis ini. Semua Agama mandul menghadapi agama Materialis ini kecuali Islam. Islam mengandalkan Yakin pada kalimat “La Illah Ha Illallah” dalam mencapai kebahagiaan di dunia. Namun banyak muslim yang telah melupakan kalimat ini bahkan tanpa kita sadari ataupun kita sadari kita mengucapkan kalimat ini tetapi pola kehidupan kita sama dengan mereka penganut Agama Materialis. Akibatnya kehidupan di dunia ini sudah seperti Neraka. Kehidupan yang mengekang dan memaksa orang untuk berbuat diluar kapasitasnya sebagai manusia. Bekerja dengan nafsu demi yang namanya uang, tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga tidak ada lagi yang namanya ketulusan, “Purity of Intension”, Keikhlasan. Setiap orang menginginkan sesuatu dari orang lain. Rusaknya Ikhlas ini menyebabkan tidak ada lagi Moral atau Akhlaq yang baik. Jadi Akhlaq inilah yang menjadi korban pertama.

Semua sistem telah dibuat oleh manusia sebaik dan sesempurna mungkin untuk mengatur kehidupan mereka, tetapi masalahnya mereka tidak dapat mendeteksi moral seseorang. Seluruh sistem yang mereka buat menjadi rusak karena moral rusak. Sekarang Hukum banyak yang canggih-canggih, ganjaran bagi para pelanggar berat-berat, dan fasilitas hukum juga sangat maju, tetapi pejabat tetap korup di pemerintahan, polisi tetap korup, pedagang tetap korup, semuanya tetap melanggar karena Moralnya telah rusak. Perbaikan Akhlaq pada zaman Rasullullah SAW terlihat dari orang yang bejad moralnya menjadi orang yang paling mulia akhlaqnya karena Yakin mereka terhadap kalimat “La Illa Ha Illallah”

Tanda-tanda kerusakan umat muslim adalah ketika mereka tidak mempunyai “Objective of Life”, Tujuan Hidup, sehingga mereka menggunakan dalam kehidupan mereka cara yang sama seperti penganut Materialis. Semua orang berkata yang Islam tawarkan saat ini sangatlah tidak mungkin atau dapat diikuti, itukan buat jaman Nabi. Padahal kalau kita ikuti apa yang Nabi SAW ajarkan dan contohkan maka hidup ini akan menjadi tidak sulit bahkan menjadi seperti Surga Dunia. Nabi tidak punya kebendaan yang indah-indah atau Uang yang banyak disimpan, tetapi setiap pulang ke rumah beliau SAW selalu berkata, “Bayyiti Jannati”, rumahku surgaku. Beda dengan orang-orang saat ini, yang kaya punya rumah besar, harta berlimpah tetapi merasa hidup susah seperti dalam neraka saja kehidupannya. Begitu pula yang miskin susah karena merasa tidak bisa menjadi orang kaya. Sehingga kini yang miskin susah dan yang kayapun susah. Kini asbab agama materialis semua orang tidak ada punya waktu lagi buat keluarga, tamu, kerabat, teman, dan agama. Semuanya hidup terkekang dan terikat. Setiap diajak untuk Islah diri, perbaikan Iman dan Amal, mereka selalu berkata kami tidak punya modal atau kami tidak punya waktu, inikan buat yang pengangguran.

Para Nabi dan Sahabat Nabi SAW berani meninggalkan segalanya karena keimanan mereka. Modalnya satu saja, “Allah bersama saya”, tidak perlu material dan asbab. Seorang yang penakut adalah seseorang yang terikat dengan pekerjaannya karena takut miskin, takut lapar, takut susah, dan lain-lain. Jadi orang-orang yang mau meninggalkan harta dan keluarga demi agama Allah inilah yang dinamakan orang-orang yang pemberani. Orang-orang yang tidak takut kepada Allah maka Allah akan buat hidupnya serba dalam ketakutan, takut miskin, takut mati, takut sakit, takut dimarahi isteri dan lain-lain. Tetapi jika orang itu takut pada Allah maka Allah akan buat orang itu berani menghadapi hidup dan tidak akan pernah merasa susah. Bagaimana bisa ? mudah saja karena “Allah bersama saya” tidak ada yang perlu ditakutin. Inilah yang namanya keberanian yaitu seseorang yang berani menjalani dan meyakini amal-amal Agama yang bertentangan dengan asbab-asbab kehidupan ahli materialis. Para Nabi dan Sahabat RA dihina, disiksa, di musuhin, karena apa yang mereka perjuangkan bertentangan dengan keyakinan kaum pada saat itu.

1. Ketika mereka percaya pada banyak Tuhan, Nabi dan Sahabat mengajak mereka untuk percaya kepada satu Tuhan, yaitu Allah Ta’ala.

1. Seorang Yahudi bertanya kepada sahabat, “ Bagaimana kalian bisa hidup jika kalian meninggalkan Rezki kalian ?”. Tetapi sahabat membalas, “kami meninggalkan rezki menuju kepada yang memberi Rizki ”.

1. Musa AS pergi ke Firaun hanya dengan modal tongkat, apa kata Allah, “Jangan takut wahai Musa, Aku bersamamu.” Ketika Musa AS terjebak di antara pasukan Firaun dan Laut, apa kata Musa As, “Jangan takut, Allah bersama saya.”

1. Abu Bakar RA takut Nabi SAW dibunuh ketika dikejar para orang kafir quraish, tetapi apa kata Nabi SAW, “Jangan Takut Allah bersama Kita.”

Allah Ta’ala adalah lebih kuat dari seluruh masyarakat materialis dan sistem yang mereka buat. Para Nabi dan Sahabat RA tidak punya materi, mereka hanya mempunyai Allah saja yang mereka imani sebagai sumber pertolongan. Tetapi seluruh kekuatan dan sistem yang mereka punya tidak ada yang mampu menahan Kehendak Allah. Semuanya yang menentang, Allah musnahkan. Sebagaimana sistem Namrud tumbang oleh ajaran Ibrahim AS, sistem Firaun tumbang oleh ajaran Musa AS, Sistem Quraish, Romawi dan Persia tumbang oleh ajaran Rasullullah SAW. Mereka yang tidak mengenal Allah maka mereka ini akan menjadi pengikut setia agama materialis. Untuk ini pentingnya Ilmu agar kita dapat mengenal Agama kita dan mengenal Allah.

Untuk dapat menyelamatkan umat ini perlu usaha, dan tidak ada cara lain selain menggunakan cara Nabi memperbaiki umat yaitu dengan Dakwah. Kita perlu mengembalikan kehidupan umat yang sudah sekarat ini. Imam malik berkata, “ Tidak ada cara yang terbaik memperbaiki Umat pada kurun sekarang selain menggunakan cara yang digunakan pada kurun awal.” Yaitu cara Rasullullah SAW memperbaiki kehidupan kaum Quraisy yang rusak, tidak punya adab, pada waktu itu menjadi kaum yang memiliki peradaban dan mulia.

Kini umat jauh dari jalur agama karena tidak adanya gerak. Orang yang tidak bergerak hanyalah orang mati. Maka jika umat ini tidak ada pergerakan, maka umat ini telah mati. Semua orang gerak saat ini tetapi demi kepentingan materi, bukan karena agama. Sehingga kini kebendaan didunia ini menumpuk tetapi moral umat makin rusak.

Jadi cara pertama memperbaiki umat ini adalah dengan jalan Hijrah, pergerakan karena Agama. Modalnya sederhana, apa saja yang kita punya dan bisa kita korbankan, kita korbankan untuk agama.

Seluruh Sistem Kebathilan mempunyai dasar 2 hal :

1. Berlebih-lebihan ( Mubazhir )
2. Kesombongan

Sedangkan yang Haq berdasarkan atas 2 hal :

1. Kesederhanaan
2. Rendah Hati

Ketika cahaya masuk, maka kegelapan akan hilang, ini sudah menjadi sunnattullah. Maulana Ilyas Rah.A dibilang orang gila oleh para Ulama karena menyuruh orang mewat yang bodoh, jahil, dan miskin untuk pergi dakwah. Tetapi Maulana Ilyas tegar dan terus membuat orang Mewat agar tetap bergerak. Dari berputar-putar sekitar tempat mereka lalu ke kampung mereka, lalu desa-desa, lalu ke kota-kota, akhirnya sampai orang mewat ini pergi keseluruh dunia. Sekarang seluruh orang di dunia datang ke India karena pengorbanan orang mewat.

Kebutuhan manusia itu hanya lima :

1. Kebutuhan akan Pakaian
2. Kebutuhan akan Makan dan Minum
3. Kebutuhan akan Tempat Tinggal
4. Kebutuhan akan Transportasi
5. Kebutuhan akan Isteri

Ini adalah 5 kebutuhan yang dikenal agama. Kita harus mampu menekan kebutuhan kita ke level kesederhanaan dan kerendah hatian hidup. Inilah kehidupan Nabi SAW.

Nabi SAW bersabda mahfumnya, “Setiap umat mempunyai fitnah, dan fitnah umatku adalah Harta.”

“Apa yang di inginkan Umat sekarang ini ?” jawabnya, “Harta”. Hari ini orang bilang “Tanpa uang bagaimana bisa hidup ?”

Jika punya uang baru Islam bisa maju. Dengan Uang umat Islam bisa bangun ini dan itu. Bagaimana sedekah kalau tidak ada uang. Bagaimana bangun mesjid kalau tidak ada uang. Bagaimana mau bayar guru untuk ngajar agama kalau tidak ada uang. Bagaimana mau pergi haji atau keluar di jalan Allah kalau tidak ada uang. Inilah kesalah fahaman terhadap agama. Sekarang yang bisa menyebabkan orang bisa memberi atau bersedekah bukan hartanya tapi Imannya. Yang menyebabkan orang mau berkorban bukan karena dia punya harta tetapi karena imannya. Kini orang punya banyak harta tetapi tidak punya Iman maka tangannya akan tetap menjadi tangan yang dibawah. Orang yang tidak punya harta tetapi ia punya Iman maka ia akan selalu menjadi tangan diatas. Sedekahnya seseorang yang punya banyak harta dan sedekahnya seorang yang miskin harta mempunya perbedaan nilai yang sangat besar disisi Allah. Ini tergantung dari keimanan dan pengorbanan mereka.

Agama tidak akan bisa berjalan dengan harta tetapi dengan kesederhanaan dan ketawadhuan. Suatu ketika Nabi SAW dihina oleh orang kafir karena kemiskinannya. Allah mendengar ini lalu melalui Jibril AS, Allah berfirman kepada Nabi SAW bahwa Allah Ta’ala dapat mengubah gunung Uhud menjadi emas dan ikut kemana saja Nabi SAW pergi kalau Nabi SAW mau. Tetapi Nabi SAW menolak karena ia lebih suka sehari lapar dan sehari kenyang. Ketika lapar ia bisa bersabar, dan ketika kenyan ia bisa memuji Allah. Jadi Nabi SAW lebih memilih amal dibanding harta benda. Kini apa yang nabi SAW tolak, itu yang kita minta dan kita uber-uber.

Allah tidak perlu uang dalam menyelesaikan masalah manusia, Allah dapat melakukan apa saja tanpa pertolongan mahluk. Sahabat hanya dengan sholat 2 raka’at seluruh masalah dapat diselesaikan dengan bantuan Allah. Ini karena Yakin mereka sudah benar. Mereka tidak bergantung kepada selain Allah. Untuk perkara ini penting kita pergi dari rumah ke rumah, desa ke desa, kota ke kota, dari negara ke negara untuk menyampaikan kalimat La Illaha Illallah.

sumber : http://buyaathaillah.wordpress.com